Powered By Blogger

Minggu, 06 Maret 2011

Menjelang Sakaratul Maut, Akhir dari Kehidupan....

Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Allah S.W.T, kamu akan dikembalikan. (As-Sajdah:11)

Hari demi hari, bulan demi bulan, bulanpun berganti tahun. Berpuluh tahun yang lalu, waktu itu kita masih dalam rahim ibunda, kemudian terlahir menjadi bayi mungil yang menggemaskan, lalu tumbuh menjadi balita yang lucu, dilanjutkan dengan menjadi anak-anak, kemudian remaja dan jadilah seperti sekarang yaitu menjadi dewasa, menjadi orang tua anak-anaknya ataupun sudah mempunyai cucu. Karena sunnatullah, sebuah ketetapan dari Allah Subhanahu wa ta'ala seiring dengan berjalannya waktu kita manusia pasti akan berubah menjadi tua dan kemudian mati.

Begitu kira-kira gambaran sederhana tentang siklus hidup manusia di dunia. Dalam perjalanannya, kadang-kadang ada orang yang melewati hidupnya sampai ia berumur seratus tahunan lebih, 80an, 60an, atau rata-rata manusia dapat bertahan hidup. Ada pula yang hanya menikmati kehidupan hanya separuh abad. Namun tak jarang pula, yang masih muda, badan terlihat sehat dan sempurna, tidak sedikit yang sudah meregang nyawa, tentu dengan cara dan jalan yang berbeda-beda. Dan banyak pula cerita tentang bayi yang masih dalam kandungan yang belum sempat merasakan hidup di dunia, dan belum sempat merasakan hangat pelukan Ibunya, dibunuh (aborsi) oleh ibunya sendiri lantaran kehadirannya tidak dikehendaki, karena kehamilannya buah dari hubungan yang terlarang yang bisa membawa aib bagi diri dan keluarganya, na'udzubillah min dzalik.

Karena ajal memang tak pernah memilih kita sudah tua atau muda, masih panjangkah jatah waktu kita hidup ataukah sudah habis masa untuk berpijak di bumi ini. Dan kebanyakan dari manusia melupakan akan datangnya kematian, mereka lupa kalau ajal selalu mengintai di manapun mereka berada. Mereka terlupakan oleh ramainya dunia, terlena dengan manisnya syahwat, silau dengan gemerlapnya harta. Terlalu sibuk dengan keinginan-keinginan yang belum kita capai. Adalah baik ketika keinginan atau cita-cita kita adalah hal yang berorientasikan akherat, tapi kebanyakan dari kita dilenakan oleh keinginan-keinginan yang bersifat kesenangan semu belaka.

Sampai-sampai kita lupa bahwa kematian sudah sampai di pelupuk mata. Semua terperdaya oleh hingar-bingarnya dunia ini. Kebanyakan waktu hidupnya digunakan untuk sibuk kesana-kemari menggali, mengelola dan menumpuk harta. Dan saat-saat ketika sakaratul maut itu datang menghampiri barulah ia sadar betapa kehidupan di dunia amatlah singkat, dan merataplah ia dengan penyesalan yang sangat ketika menyadari bahwa umurnya telah habis untuk urusan-urusan pangkat, syahwat dan harta. Tinggallah kini menunggu kedatangan malaikat maut dan merasakan betapa tersiksa dan sakitnya saat sakaratul maut. Sakit yang tak dapat dikira karena amat terasa sakitnya.

Sebagian ulama menegaskan bahwa rasa sakit pada sakaratul maut hanya diketahui hakikatnya oleh orang yang sudah merasakannya. Orang yang belum merasakannya tentu hanya bisa mengetahuinya sekedar berdasarkan analogi dengan berbagai rasa sakit yang pernah dirasakan.

Rasa sakit pada sakaratul maut langsung menghunjam ruh itu sendiri sehingga menerobos seluruh organ-organ tubuhnya, seluruh jaringan sarafnya, seluruh urat-urat. di tubuhnya, bahkan juga seluruh persendian tubuhnya, hingga merambati akar rambut dan kulit dari atas kepala hingga ujung kaki

Jangan tanyakan rasa sakitnya. Sehingga sebagian orang mengatakan bahwa Kematian itu lebih menyakitkan daripada sabetan pedang, daripada gigitan gergaji dan sayatan gunting, karena rasa sakit akibat sabetan pedang, gigitan gergaji, dan sejenisnya hanya dirasakan karena adanya ruh atau nyawa. Bagaimana pula apabila yang dicabut adalah ruh sendiri ? Orang yang ditebas pedang masih dapat berteriak minta tolong karena masih tersisa kekuatan dalam hati dan pada lisannya. Akan tetapi orang yang menghadapi sakaratul maut sudah kehilangan suara dan teriakannya, kekuatannya sudah melemah, dan energi tubuhnya
sudah musnah. Hal ini karena musibah sakaratul maut terkadang terlalu berat sehingga menguasai hati dengan rasa sakit yang dahsyat sehingga melumpuhkan seluruh anggota tubuh, mengguncang seluruh organ tubuh, dan melemahkan seluruh jengkal bagian tubuh, sehingga tidak tersisa lagi kekuatan untuk meminta pertolongan.

Bahkan, akal sekalipun telah tertutupi dan terganggu pula karena rasa sakit sakaratul maut; sementara lidah tiba-tiba menjadi bisu. Seluruh anggota tubuh menjadi lemah. Orang yang berada sakaratul maut berharap untuk dapat beristirahat sejenak melalui erangan dan teriakan atau melalui cara lain. Akan tetapi ia tidak mampu melakukannya. Kalaupun masih tersisa kekuatan, pasti saat ruh dicabut dan diangkat dari dalam tubuh akan terdengar gerengan dan suara kerongkongan dan dadanya. Namun, saat itu warna tubuhnya sudah berubah dan rasa sakit sudah menyerang seluruh tubuhnya, bagian luar maupun bagian dalamnya. Hingga akhirnya bagian hitam matanya naik sampai menyentuh kelopak mata, sementara lidah tertarik ke dalam hingga pangkalnya dan jari jemari juga menjadi kaku.

Maka, jangan ditanya lagi kondisi orang tersebut tatkala urat-uratnya seperti tercabut satu persatu. Masing-masing anggota tubuh kemudian mulai menjadi mati secara bertahap. Mulanya kedua kaki menjadi dingin, lalu kedua betisnya, kemudian kedua pahanya. Masing-masing anggota tubuh mengalami sakaratul maut dan mengalami musibah rasa sakit pada saat itu, hingga nyawa sampai di kerongkongan. Pada saat itulah pandangannya terhadap dunia dan penghuninya mulai sirna, dan pintu tobat pun sudah tertutup baginya. Dan tinggallah penyesalan dan kekecewaan yang mendalam menggelayuti dirinya.

Saudaraku tercinta, tidakkah engkau mengetahui bahwa kunjungan malaikat maut itu adalah sesuatu yang pasti ? telah ditakdirkan semenjak masa azali, panjang ataupun pendek umur kita ? Tidakkah kita menyadari bahwa kita semua hanya musafir yang akhirnya akan sampai tujuan dan meninggalkan perjalanannya ? Tidakkah kita menyadari bahwa perputaran hidup ini pasti berhenti, dan perputaran usia semakin mendekati penghujungnya ?.

Tidakkah kita menyadari bahwa setelah kunjungannya kita tidak akan mampu lagi melakukan satu kebajikan sekalipun ? kita tidak akan mampu shalat dua rokaat sekalipun ? Kita tidak akan mampu membaca al-Qur'an satu ayatpun ? Kita tidak akan mampu bertasbih, bertahmid, bertahlil, atau beristighfar satu kalipun. Kita tidak akan mampu berpuasa seharipun, atau bersedekah meski sepeserpun. Kita tidak akan mampu melakukan haji ataupun umroh lagi. Waktu beramal telah berlalu, yang tertinggal adalah hisab dan pembalasan terhadap kebajikan atau dosa-dosa.

Rasulullah solallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
"Perbanyaklah olehmu mengingat penghancur kenikmatan yaitu : mengingat kematian". HR. Tirmidzi dan Nasa'i dan Ibnu Hibban menshohihkannya.

Saudaraku...Manakah persiapan kita untuk berjumpa dengan malaikat maut ? Manakah persiapan kita untuk menghadapi hal-hal dahsyat sesudah kematian ? Dalam kubur, saat ditanya oleh dua malaikat, saat di Padang Mahsyar, saat hisab, saat dibukanya lembaran catatan amal perbuatan, saat meniti jembatan Ash-Shiroth, dan saat berdiri di hadapan Allah 'Aza wa Jalla.

Di waktu yang baik, sehabis shalat, sebelum tidur, saat mentadaburi ayat-ayat-Nya ataupun di penghujung malam ketika kita bersimpuh pasrah di hadapan-Nya, pernahkah terbayang seandainya saja kita mati dalam keadaan yang buruk, mati dalam kubangan lumpur kemaksiatan, mati dalam keadaan su'ul khatimah, sedangkan kita belum sempat untuk bertobat ? dan siapkah kita menanggung azab kubur yang mengerikan ? na'udzubillah min dzalik wallahu a'lam bisshowab.¨Ibnu Zainudin

Tambahan : Shalat jangan hanya sekedar rutinitas, jalankan shalat dengan rasa takut, selain itu shalat 5 waktu itu perintah dari Raja nya Manusia, Tuhan nya manusia,.oleh karena itu, Taati.Jangan Anggap sepele, satu-satunya identitas Anda muslimin atau bukan adalah dari Shalat yang di jaankan, bukan KTP. Ingat , kita tidak pernah tahu kapan waktunya kita di panggil oleh NYA.

Wassalam.

Minggu, 20 Februari 2011

jangan simpan negatifmu....

hidup yang dinamis adalah hidup yang selalu berganti rasa. terkadang pahit, asam, manis dan asinnya kita rasakan. Semua rasa datang dan pergi silih berganti.
Rasa yang manis dapat meningkatkan energi positif. wajah penuh senyum, bersemangat dan bergairah. Semangat yang menggelora terwujudkan dalam karya. hmmmm... berbunga- bunga rasanya... seandainya setiap hari aku bisa menikmatinya...

Rasa pahit paling tak disukai, saya pun demikian. Sangat tidak suka rasa pahit. Susah sekali mengembalikan mood ketika sdh bertemu rasa ini. argghhhhh.... kalau sudah begini cenderung tidak bisa produktif, karya pun mandeg. rasanya gak enak banget...

Belajar berhidup artinya belajar bersyukur dan ikhlas.
belajar untuk mampu menerima keadaan apapun dengan apa adanya.
Banyak hal yang kita inginkan, kita mintakan kepada Tuhan setiap hari.
Kita upayakan agar berhasil sempurna. Tetapi seringkali apa yang kita inginkan dan kita upayakan tidak sesuai, bahkan kebalikannya. Muncullah negative thinking.. prasangka buruk terhadap orang-orang di sekeliling, terhadap diri sendiri, terhadap alam, terlebih kepada Tuhan.
Berbagai prasangka buruk yang terpendam tak pernah terlontarkan menumpuk, mengendap dalam diri. Tersimpanlah energi negatif yang semakin hari semakin besar.
Berat rasanya melalui hari-hari dengan beban energi negatif.

Seringkali saya mendengarkan ceramah ustadz ustadzah, mencoba menemukan rasa sejuk dan ringan... namun seringkali gagal.... lantas di mana harus mencari sejuk dan mendapati diri yang ringan???

Lagi- lagi terngiang nyanyian bersyukur dan ikhlas,... nyanyian ini begitu erat dan akrab namun sangat tidak mudah dijalani. benar- benar butuh perjuangan berat untuk mampu menjalaninya. dan saya....
jauh panggang dari api. setitikpun saya belum mampu menjalaninya.
Semoga Tuhan masih sudi mengajariku...
untuk belajar berhidup....

Kamis, 10 Februari 2011

Arjuna Selatan: secarik kisah cinta yang ( mungkin ) kita alami

Arjuna Selatan: secarik kisah cinta yang ( mungkin ) kita alami: "maafkanlah bila ku selalu membuatmu marah dan benci padaku. ku lakukan itu semua hanya tuk buatmu bahagia. semua yang terbaik sudah coba ..."

secarik kisah cinta yang ( mungkin ) kita alami

maafkanlah bila ku selalu membuatmu marah dan benci padaku. ku lakukan itu semua hanya tuk buatmu bahagia.

semua yang terbaik sudah coba ku lakukan , untuk hanya sekedar membuatmu bertahan disini lebih lama lagi. apapun yang kau minta sudah coba ku berikan , meskipun tak semuanya dapat ku wujudkan. bahkan aku harus menekan egoku saat melakukan hal yang aku benci demi membuatmu bertahan disini. aku sudah menjadi pribadi yang lain untuk mempesona mu sekalipun kau mengatakan itu tak menarik perhatianmu. aku sudah menjadi yang engkau mau sekalipun kau merasa aku tak seperti itu. sesuatu yang ku harap dapat membuat mu bertahan justru menjauhkanmu dariku.

Tak pernah aku bermaksud mengusikmu mengganggu setiap ketentraman hidupmu.Hanya tak mudah bagiku lupakanmu dan pergi menjauh.

aku menyesal , telah memberi semua perasanku padamu hingga akhirnya berat untukku pergi dari bayanganmu. entah karena pertengkaran tak ada henti atau karena memang kau terlalu berharga untuk aku lepaskan. aku hanya tak mampu berjalan menjauh sekalipun kau sudah tidak ada di hadapanku. kamu mempunyai satu kunci yang tak pernah aku berikan pada siapapun. hanya kamu dan belum kamu kembalikan padaku.

kau buatku menangis kau buatku tersiksa. merasakan perih hancur perasaan ini

aku menangis bukan karena aku lemah , aku hanya ingin kamu tau bahwa aku tak sekuat yang kamu bayangkan. aku terdiam bukan karena aku marah , aku hanya ingin kamu tau bahwa terkadang aku lelah mengikuti jalan pikiranmu. aku memalingkan muka dari hadapanmu bukan karena aku membencimu , aku hanya tak sanggup menatapmu terlalu lama dan menyadari bahwa kamu bukan milikku.

mungkin aku bukanlah pilihanmu tak seperti yang kau mau

salahkan saja aku yang tak bisa menjadi seperti dia yang kau mau. salahkan saja aku yang tak mampu memberi yang dia beri padamu. memang aku terlalu kaku untuk kau ajak bersenang-senang , semua itu hanya karena aku lelah menjalani hubungan tanpa akhir. aku ingin sebuah akhir bahagia , yang selalu kamu janjikan padaku , yang selalu kita bahas saat kita ingin tertidur dan mendambakannya sebagai mimpi.

sakit yang kurasa takkan mudah sirna membekas di hati ku terluka. entah sampai kapan ku harus bertahan melawan sedihku sendiri

kini jalan kita sudah terlanjur berbeda. mungkin ada benarnya kita tak terus bersama karena dengan mendampingimu membuat aku tertekan lebih baik aku pergi. sakit yang kurasakan tak akan mudah ku lupakan karena itu membuat aku benar-benar tak ingin lagi mengenal cinta hingga akhirnya hanya ku rasa sakit. harusnya kamu sadar , aku mencintaimu karena kamu bukan karena apa yang kamu punya , apakah kamu terkenal atau siapa saja teman-temanmu. tak pernah sedikitpun aku menuntut padamu , hanya sekedar perhatian kecil dan pengertian sederhana saja. tapi memang , kita sudah terlanjur berbeda

perubahan ini meyakinkan aku bahwa tak ada yang abadi. sejak kau putuskan untuk melepaskan hidup.

Minggu, 06 Februari 2011

Kisah Perjalanan Hidup

Ibuku...

Ibu adalah jantung dalam setiap rumah, yang mengaliri detik-detik hari dengan keberadaannya. Sejak kita membuka mata hingga menutup mata kembali. Saat semua masih berselimut hangat dalam tidur, langkah kakinya sudah menapaki awal fajar yang dingin. Gemericik air dan bunyi ketel seolah menjadi iramanya dalam mengucapkan salam selamat pagi. Lalu, sujud panjang menjadi ritual perbincangannya dengan Alloh di sepertiga malam terakhir. Bulir-bulir air mata membasahi mukenamu, menjadi satu kepasrahan yang sudah menyatu dalam setiap tarikan nafasmu.

Apa yang ada dalam benakmu, ibu ? seolah rahasia itu adalah harta terbesarmu yang hanya kau bagi dengan Alloh. Dan yang kau sisakan untuk anak-anakmu atau suami tercintamu hanyalah rasa ingin memberi. Seakan seluruh dunia pun akan kau sembahkan untuk melihat anak-anakmu yang menangis menjadi tersenyum.

Ibu doamu yang panjang selalu menjadi hadiah saat aku membuka mata, menyambut hari tanpa rasa bersalah sedikitpun. Tergesa-gesa mementingkan diri hari itu tanpa mengucapkan kata cinta ditelingaku. Dan doa itu pula yang mengantar aku pergi dan meraih apa yang aku inginkan. Dan menjelang sore, saat kelelahan membebani ku. Doa itu pula yang menjadi pelipur lara atas kekalahan atau kegagalan. Doa yang diterjemahkan olehmu dalam hidangan makan malam yang lezat, belaian lembut yang menghibur, dan nyanyian selamat tidur sampai mata ini menutup, lelap oleh mimpi-mimpi malam. Doa itu telah mengiringi ku sejak diri ini hanya nutfah dan ketika kau melahirkanku ke dunia, aku hampir meninggal kekurangan cairan otak. Hingga kini ku telah tumbuh menjadi dewasa. Saat melahirkan, membesarkanku, Semua itu kau sembahkan tanpa pamrih, tanpa bayaran.

Ibu…Apa yang merasuki dirimu sehingga energi mu untuk mencintai dan memberi begitu besar ? Bahkan untuk seorang yang tak pernah memaknai keberadaan mu sekalipun. Seolah-olah cinta mu bagi kami bukanlah nikmat, melainkan sesuatu yang biasa-biasa saja atau malah berlebihan. Mungkin aku lupa mengucap selamat pagi padamu, tapi ibu tak pernah lupa mengucapkannya, meski hanya lewat segelas susu atau sepiring nasi goreng.

Pada sosok itulah aku menghormati mu, sosok yang sangat hampir meregang nyawa demi sehirup nafas yang mengantar ku pada kehidupan. Sosok yang tak pernah mengungkit betapa melelahkannya bangun dimalam hari, hanya untuk setetes air kencing yang membuatku protes, dan memberikan air susunya sambil menyanyikan senandung sayang tanpa meminta bayaran.

Ibu…Pelukan hangat mu bagaikan selimut saat tubuh ku menggigil kedinginan. Pelukan itulah candu yang membuat ku nyaman saat bayi dulu. Mungkin aku telah memanipulasi tangis untuk mendapat sedikit perhatianmu, walau aku tidak memperdulikan apakah kau sedang bersedih, sakit, atau kelelahan. Denyut jantungmu pernah sedemikian dekat dengan telingaku, nyanyianmu pernah menjadi pengantar tidurku. Padamu, ada tatap mata lembut yang mengajarkanku kasih sayang. Padamu ada sejuta cara untuk mengungkapkan rasa cinta. Setiap kali kau pergi, tak pernah seluruh hatimu ikut dibawa pergi. Karena aku adalah separuh jiwamu, mungkin juga menjadi motivasi bagimu untuk bertahan hidup.

Ibu… Apakah pernah terlintas, bahwa separuh usiamu selalu kau berikan untukku, anak-anakmu dan suamimu tercinta.

Semua penghormatan dari orang lain dan bahkan semua egomu telah kau serahkan tatkala tangisan pertamaku terdengar. Semua kesendirianmu telah kau gadaikan tatkala janin itu tertanam dalam rahimmu. Semua amarah, semua tangis, dan semua keluh telah dengan sengaja kau tenggelamkan demi melihatku tersenyum.

Super woman itulah ibu.
Yang keberaniannya melahirkan seorang anak dihadiahkan syahid oleh Alloh. Yang dalam sehari, ia bisa menjelma menjadi seorang ibu, atau seorang PEMBANTU sekalipun.

Ibu…Pengorbanan adalah kata yang tak pernah lepas darimu. Untuk seorang anak durhaka sekalipun. Untuk seorang anak yang menolak saat ibu meminta sedikit waktu darinya ( Atau jangan-jangan ibu bahkan tak pernah berani meminta nya ). Untuk seorang anak seperti ku yang menumpahkan keluh dan protes atas kesalahan yang tidak kau mengerti. Untuk seorang anak yang tidak pernah mencoba memahami besar cinta yang telah kau serahkan. Untuk seorang anak yang tidak tahu berterima kasih setelah apa yang kau berikan.

Semasa kecil...

Iya, jika sepulang TKA/TPA aku langsung masuk kamar, teman sejati pun tak pernah kutemui, karena senjata ampuh atau dalih mereka (mereka disini adalah teman-teman sepermainan) adalah “udah deh kamu khan curang, dia menang karena curang, coba aja piker deh ibunya aja begini-begitu, apalagi bapaknya, engga pulang-pulang, udah yuk kita jauh-jauh aja sama dia, ih rugi deh bertemen sama orang aneh." Aku hanya pulang dan hanya bisa menangis, mengeluarkan linangan air mata kala itu. Sesampai di rumah hanya kakakku saja yang sedikit banyak dapat menenangkan hatiku, ucapan beliau kala itu “Ya uda, ga usah di pikirin, mereka begitu karena mereka hanya tau kita sedikit aja, uda deh kamu jangan sedih gitu, ya!”

Entah kemana ayah ??? Ketika aku membutuhkan perlindungan serta perhatian seorang ayah ??? Cukup dan bahkan sangat lengkaplah penderitaan u, kala itu usia u baru beranjak enam tahun, baru masuk SD. Iya, SD ku dekat dengan rumah kakek… Entah bagaimana kronologisnya ada yang memberitahukan ke diri ini yang hanya membuatku semakin sedih, kala itu pertama kali aku menginjakkan kaki di sebuah lingkup sekolah yang tentunya akan lebih banyak kutemui manusia dengan berbagai sifat dan karakter. Bayangkan, saat itu aku hanya di antar kakak hanya sampai gerbang pintu masuk SD itu saja.

Terbayang betapa akan banyak kucilan yang akan aku terima nanti ketika aku harus memperkenalkan diri atau minimal namaku saja. Sungguh pada saat itu aku belum mengenal ayat, bahwa Alloh sesuai persangkaan hamba nya…benar dan sangat tepat, disaat jam istirahat aku masih mengaku sebagai jagoan dan meremehkan semua gunjingan yang ada pada diri ini…, tapi emang dasar aku masih punya perasaan, dan ngerasa bahwa sabar itu ada batas nya, duh walhasil ga kebendung lagi hati yang dari awal melangkahkan kaki ke gerbang pintu sekolah uda coba-coba menahan, ya uda deh ketika lonceng sekolah dipukul yang menandakan tiba saatnya untuk pulang.

Detik demi detik, menit demi menit menunggu dijemput kakek, ketika lonceng sepeda mengagetkanku, aku langsung lari menghampiri kakek, dan lagi-lagi aku menumpahkan keluh kesah dan bahkan kesedihanku padanya, so pasti yang kuperoleh ya hanya kata “Uda kamu yang sabar aja.”

Semasa SMP.........
Beranjak ke sebuah jenjang sekolah lebih tinggi, SMP ya kala itu letak SMPku ya ga jauhlah dari SD, bahkan bisa dikatakan hanya berbatas tembok aja dengan SD ku. Aku tumbuh dengan banyak problem, terkadang aku bisa menyerupai anak nakal (nakal disini tidak sampai nge drugs, karena zaman dulu belum ada) iya nakalnya aku tuh, aku tuh hoby banget ngumpetin sepatu atau seragam temen yang kalau jam istirahat rasa iseng itu muncul ( hehe..) tapi yang bikin uniq dengan ke isenganku tsb ada temen pria yang melirikku, kebayang ga, hmm ga jauh-jauhlah yang melirik aku tuh uda dapat dipastikan ya biannya atau dedengkotnya tukang iseng bin usil…maklumlah dulu aku masih jahil-iyah, yah hanya sekedar sampai bekerjasama dalam bidang iseng-mengisengi orang aja.

But we have one principle adalah ga kan pernah main-main dengan yang namanya guru atau bahkan kepala sekolah. Khawatir di skorsing aja. Dasar kurang ikhtiar dalam bidang iseng, Alhasil ada aja yang ga seneng dengan ulah kita dan bahkan samapai dilaporkan ke meja KepSek dan menjadi Headline Mading sekolah, sampeilah pada sebuah teguran dari KepSek.

Saat itu kami kapok+Taubatan Nasuha.., dan kumulai asyik dengan kegiatan PMR karena serunya ialah jika harus ke kuburan malem-malem buta untuk sekedar ngambil slayer, dari anggota tubuh pocong atau mayat beneran, karena atribut tsb sebagai tanda uji nyali dari sebuah pelantikan yang berakhir dengan siram-siraman air kembang tujuh rupa pertanda berhasilnya naik peringkat menjadi PMR Sejati… Terkadang jiwa keisengan atau usil masih menderaku, entah pada saat LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) seluruh ekskul di SMP tercinta dilaksanakan di daerah Sukabumi.

Ga tau gimana ceritanya, aku tuch sehabis mandi, khan, pake seragam PMR kebanggaan dengan berbagai atribut di kanan-kiri lengan, eh tiba-tiba aja, tepat banget baru makan segigit PisGor dan baru nyerumput seteguk The manis hangat-hangat kuku, kakak kelas Senior OSIS memanggil-manggil “PMR-PMR tolong disini ada yang pingsan, tolong” merasa diri PMR yang Sejati tanpa pikir panjang aku langsung lari ke TKP (Tempat Kejadian Perkara) mencari tempat sumber minta tolong, ternyata sebuah kelas yang menjadi hunian senior OSIS pria, tanpa pikir panjang aku langsung masuk diikuti beberapa teman PMR yang lain. Masya Alloh ternyata mereka hanya mau ngerjain anggota PMR, yang sangat sial saat itu adalah aku. Iya aku belum kenal yang namanya ghadul bashar.

Ih ga kebayang aku, (maaf) sempat melihat tubuh mulusnya ketua OSIS yang merupakan idaman kaum Adam saat itu (dulu)…hmm Masya Alloh pro-kontra terjadi diantara kakak Pembina PMI Daerah Jakarta Barat, ada yang ngasih “selamet ya i rezeki tuh”, adalagi “aduh aku ngimpi apa semalem, sampe sial kayak gitu” Duh Gusti, Hmm lupakan saja and let make everything fun, ok ?

besambung...........


Rabu, 02 Februari 2011

PERKATAAN MALAM

Senyap malam bergaung sepi
Tiada hingar barang sekejap
Angin dingin lewat berkeriap
Telan hangat lintasi mimpi

Riuh redam alunan malam
Didendangkan jangkrik temaram
Lantunkan tembang kesepian
Hening terasa dalam dekapan

Akankah indah ini pudar?
Sejenak mata menatap nanar
Pada halimun tersaput sinar

Mungkinkah malam berkata benar?
Bahwa manusia telah ingkar
Musnahkan alam dengan mungkar

أَمْ هَذَا الَّذِي أَنْشَأَهُ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْحَامِ وَ شُغُفِ الأَسْتَارِ نُطْفَةً دِهَاقا وَ عَلَقَةً مِحَاقا وَ جَنِينا وَ رَاضِعا وَ وَلِيدا وَ يَافِعا ثُمَّ مَنَحَهُ قَلْبا حَافِظا وَ لِسَانا لاَفِظا وَ بَصَرا لاَحِظا لِيَفْهَمَ مُعْتَبِرا وَ يُقَصِّرَ مُزْدَجِرا

حَتَّى إِذَا قَامَ اعْتِدَالُهُ وَ اسْتَوَى مِثَالُهُ نَفَرَ مُسْتَكْبِرا وَ خَبَطَ سَادِرا.مَاتِحا فِي غَرْبِ هَوَاهُ كَادِحا سَعْيا لِدُنْيَاهُ فِي لَذَّاتِ طَرَبِهِ وَ بَدَوَاتِ أَرَبِهِ ثُمَّ لاَ يَحْتَسِبُ رَزِيَّةً وَ لاَ يَخْشَعُ تَقِيَّةً فَمَاتَ فِي فِتْنَتِهِ غَرِيرا وَ عَاشَ فِي هَفْوَتِهِ يَسِيرا لَمْ يُفِدْ عِوَضا وَ لَمْ يَقْضِ مُفْتَرَضا دَهِمَتْهُ فَجَعَاتُ الْمَنِيَّةِ فِي غُبَّرِ جِمَاحِهِ وَ سَنَنِ مِرَاحِهِ فَظَلَّ سَادِرا وَ بَاتَ سَاهِرا فِي غَمَرَاتِ الآلاَمِ وَ طَوَارِقِ الأَوْجَاعِ وَ الأَسْقَامِ بَيْنَ أَخٍ شَقِيقٍ وَ وَالِدٍ شَفِيقٍ وَ دَاعِيَةٍ بِالْوَيْلِ جَزَعا وَ لاَدِمَةٍ لِلصَّدْرِ قَلَقا وَ الْمَرْءُ فِي سَكْرَةٍ مُلْهِثَةٍ وَ غَمْرَةٍ كَارِثَةٍ وَ أَنَّةٍ مُوجِعَةٍ وَ جَذْبَةٍ مُكْرِبَةٍ وَ سَوْقَةٍ مُتْعِبَةٍ

ثُمَّ أُدْرِجَ فِي أَكْفَانِهِ مُبْلِسا وَ جُذِبَ مُنْقَادا سَلِسا ثُمَّ أُلْقِيَ عَلَى الأَعْوَادِ رَجِيعَ وَصَبٍ وَ نِضْوَ سَقَمٍ تَحْمِلُهُ حَفَدَةُ الْوِلْدَانِ وَ حَشَدَةُ الإِخْوَانِ إِلَى دَارِ غُرْبَتِهِ وَ مُنْقَطَعِ زَوْرَتِهِ وَ مُفْرَدِ وَحْشَتِهِ حَتَّى إِذَا انْصَرَفَ الْمُشَيِّعُ وَ رَجَعَ الْمُتَفَجِّعُ أُقْعِدَ فِي حُفْرَتِهِ نَجِيّا لِبَهْتَةِ السُّؤَالِ وَ عَثْرَةِ الاِمْتِحَانِ وَ أَعْظَمُ مَا هُنَالِكَ بَلِيَّةً نُزُولُ الْحَمِيمِ وَ تَصْلِيَةُ الْجَحِيمِ وَ فَوْرَاتُ السَّعِيرِ وَ سَوْرَاتُ الزَّفِيرِ لاَ فَتْرَةٌ مُرِيحَةٌ وَ لاَ دَعَةٌ مُزِيحَةٌ وَ لاَ قُوَّةٌ حَاجِزَةٌ وَ لاَ مَوْتَةٌ نَاجِزَةٌ وَ لاَ سِنَةٌ مُسَلِّيَةٌ بَيْنَ أَطْوَارِ الْمَوْتَاتِ وَ عَذَابِ السَّاعَاتِ إِنَّا بِاللَّهِ عَائِذُونَ.

قال الشريف وَ فِي الخُبر إنَّهُ ع لَما خُطِبَ بِهذِه الخُطْبَة اقشعْرت لَها الجُلُود وَ بِكت العُيون وِ رَجِفْت الْقُلوب.

"Dan lihatlah manusia yang telah diciptakan Allah dalam rahim yang gelap dan lapisan-lapisan tirai dari mani yang melimpah, kemudian gumpalan yang tak berbentuk, kemudian janin, kemudian bayi yang menetek, kemudian menjadi anak, kemudian menjadi orang muda yang telah berkembang penuh. Kemudian la memberinya hati dengan ingatan, lidah untuk berkata-kata dan mata untuk melihat, agar ia dapat mengambil pelajaran (dari apa yang di sekitarnya) dan memahaminya dan mengikuti nasihat dan menjauhi kejahatan.

Ketika ia telah dapat tegak berdiri sebagaimana layaknya dan menyamai yang lain, ia membanggakan diri dan kebingungan. la menarik berember-ember hawa nafsunya, tenggelam dalam memenuhi keinginan untuk kesenangannya dari dunia dan tujuan-tujuannya (yang kotor). Tidak ia takut akan kejahatan apa pun, tidak pula ia ngeri akan suatu peringatan, ia mati jenuh dengan kejahatan-kejahatannya. la melewatkan kehidupannya yang singkat dengan memburu sampah. la tidak mendapatkan ganjaran, tidak pula memenuhi suatu kewajiban. Penyakit yang mematikan men-jangkaunya sementara ia masih sedang mengumbar hawa nafsu dan ia pun bingung karenanya. la melewatkan malam dengan terjaga dalam kesusahan dan kesedihan dan nyerinya sakit dan keluhan dalam kehadiran saudara-saudara kandung, ayah yang mencintai, ibu yang meratap, saudara perempuan yang menangis, sementara ia sendiri dalam keresahan yang menggalau, derita yang dahsyat, tangisan menakutkan, sakit yang mencekik, nyeri oleh penderitaan dan taring maut yang melemaskan.

Setelah itu ia dibungkus dengan kain kafan sementara ia tinggal diam dan menyerah sepenuhnya kepada orang lain. Kemudian ia ditempatkan di atas papan dalam keadaan sedemikian rupa setelah ia diinjak-injak oleh kesulitan dan dikuruskan oleh penyakit. Kumpulan orang muda dan saudara-saudara yang datang menolong mengusungnya ke rumah kesepiannya di mana seluruh hubungan dengan pengunjung terputus. Setelah itu orang-orang yang mengiringinya pergi dan orang-orang yang menangisinya pun kembali lalu ia didudukkan dalam kuburnya untuk (menjawab) pertanyaan yang mengerikan dan ujian yang mudah menggelincirkan. Bencana besar dari tempat itu ialah air panas dan masuknya ke dalam neraka, nyala api abadi dan kobaran yang pekat. Tak ada waktu istirahat, tak ada senggang untuk santai, tak ada kekuatan untuk mencegah, tak ada kematian untuk hiburan dan kelegaan, dan tak ada tidur untuk membuatnya melupakan kepedihan, melainkan terbaring di bawah berbagai jenis kematian dan hukuman saat-demi-saat. Kami berlindung kepada Allah."

Diriwayatkan bahwa ketika Amirul Mukminin menyampaikan khotbah ini, orang-orang mulai gemetar, air mata mereka mengalir dan hati mereka ketakutan. Sebagian orang menamakan khotbah ini Khutbah al-Ghurra' (Khutbah yang Cemerlang). (Nahjul Balaghah: Khutbah 82)